Baby K 2nd Birthday

Selamat ulang tahun yang ke dua anaku! Thank you udah mengisi hari-hari mama n papa! Semoga kamu terus tumbuh sehat, cerdas, ceria, sukses, sayang keluarga, punya banyak teman, and full of joy!

Baby K ini anak yang ceria dan murah senyum! Cukup pemalu kalau ketemu orang baru tapi abis itu dia mudah bergaul! funny en silly! suka banget diajakin bercanda! Energinya luar biasa deh, trashing our place everyday!lol! kadang-kadang kesabaran mamanya ini diuji banget banget! but you know i love you unconditionally nak!

Ulang tahun baby K kali ini kita rayakan bertiga saja dan ga pake tema-tema an.. ya kira-kira warnanya nyambung sama bajunya ya udah.. Beli bajunya juga cepet banget (ga sampe 15 menit) n hoki banget nemu pas cuma satu di Macy's en mamaknya ini langsung jatuh cinta!

Coconut cake yang sebenernya cuma plain kotak gt terus dihias pake bunga en topper biar lebih meriah

En cupcake buat prop foto aja sih abis itu dibagiin ke temen2 kantor papa

Nah ini bajunya hihi.. my goal sih kalo ulang tahun anaknya selalu pake baju bagus (koleksi juga sekalian biar ntar bisa diturunin ke anaknya si bebi k hihi). 

here comes the birthday girl

hiasan temboknya cukup ini aja hihi

Kayak gini deh dessert table nya! sederhana saja hehe!

foto berdua papa

foto berdua mama

foto bertiga!

en tentunya masak misoa buat si bebi! 

Kita nyanyiin happy birthday buat si bebi en foto-foto lalu rencananya malam itu kita mau pergi  makan di resto thailand.. Tapi terus pas bapaknya pulang anaknya udah tidur, ya wes deh diganti perginya pas wiken! Enak lah kalo masakan Thailand mah mirip2 ma masakan Indo... We have a great time together! :)

Nah sekarang boleh lah ya mama tiap ulang tahun kamu menuliskan nasihat, doa, dan pesan mama untuk kamu ya..

mama ambil ini dari bukunya Rhenald Kasali yang berjudul " Self driving"

mama ingin kamu punya mental pemenang..

Seperti apakah orang-orang yang menjadi pemenang dalam pertarungan kehidupan ini? 

Perlu dipahami, pemenang bukanlah orang yang tak mau menerima kekalahan, melainkan orang yang tak pernah berhenti. Itulah yang kita sebut dengan ketabahan atau determinasi. Kalau dia jatuh, dia cepat balik, membal kembali. Kita selalu mengalami ujian dan dalam ujian itu tidak semua di antara kita adalah orang yang sempurna. Bahkan hasil-hasil studi menemukan, orang-orang yang sangat berhasil (overachiever) ternyata awalnya menjalani kehidupan tidak dengan fun, melainkan sangat berat, dan terlalu memaksa diri.

Pemenang menjalani kehidupan penuh semangat, tak mudah putus asa, tidak mengeluh, tidak banyak komplain, tidak menyalahkan orang lain (terhadap kesalahannya sendiri), tidak membuat-buat alasan. Ia menjadi bagian dari jawaban, selalu melihat kemungkinan-kemungkinan jalan keluar dari setiap masalah. Selalu ingin membantu orang lain, menjadi role model. Menyatakan " Ini mungkin sulit, tetapi rasanya bisa." 

Karena itu pemenang selalu membuat komitmen, bermimpi besar, berorientasi pada tindakan nyata, berlatih diri, menjadi bagian dari sebuah tim, mendapatkan kemajuan, dan percaya pada spirit harus sama-sama menang. Pemenang yang cerdas melihat prestasi yang besar di depan, argumentasinya kuat tetapi bahasanya sederhana dan lembut. Ia berpegang teguh pada nilai-nilai, namun untuk hal-hal kecil rela berkompromi. Mereka mengatakan ," sesuatu yang tidak saya inginkan terjadi pada saya, tak boleh dilakukan oleh orang lain"

Makanya wajah winner selalu berseri-seri, meski sedang berpuasa ia selalu menjaga agar tak keliatan loyo, malas, atau mendiamkan diri lusuh dan berbau kurang sedap. Winner adalah orang-orang yang mempersiapkan diri bahagia di hari kemenangan. 

Nah pesan yang kedua , ini juga mama ambil dari buku yang sama..

Sekolah lima senti

Menurut Dr. Stephen Carr leon yang pernah tinggal di Yerusalem, saat istri meraka mengandung , para suami akan lebih sering berada dirumah mengajari istri rumus matematika atau bermain musik. mereka ingin anak-anak mereka secerdas Albert Einstein, atau sehebat violis terkenal Ithzak Perlman. 

Saya kira bukan hanya orang Yahudi yang ingin anak-anaknya menjadi orang pintar. Di Amerika serikat, saya juga melihat orang-orang India yang membanting tulang habis-habisan agar bisa menyekolahkan anaknya. Di bekasi saya pernah bertemu dengan orang batak yang membuka usaha tambal ban di pinggir jalan. Dan begitu saya intip rumahnya, di dalam biliknya yang terbuat dari bambu dan geplek saya melihat seorang anak usia sd sedang belajar sambil minum susu di depan lampu templok yang terterpa angin. Tapi tahukah anda , orang-orang yang sukses itu sekolahnya bukan hanya 5 senti?

dari atas atau bawah?

Sekolah 5 senti dimulai dari kepala di bagian atas. Supaya fokus , maka saat bersekolah, tangan harus dilipat, duduk tenang, dan mendengarkan. Setelah itu, apa yang dipelajari di bangku sekolah diulang di rumah, ditata satu persatu seperti melakukan filling supaya tersimpan teratur di otak. orang-orang yang sekolahnya 5 senti mengutamakan rapor dan nilai transkrip. Itu mencerminkan seberapa penuh isi kepalanya. Kalau diukur dari kepala bagian atas, ya paling jauh menyerap hanya 5 sentimeter ke bawah. 

Tetapi ada juga yang memulainya bukan dari atas, melainkan dari alas kaki. Pintarnya minimal harus 50 senti, hingga ke lutut. Kata Bob Sadino, ini cara goblok. Enggak usah mikir, jalan saja, coba, rasain, lama-lama otomatis naik ke atas. Cuma, mulai dari atas atau dari bawah, ternyata sama saja. Sama-sama bisa sukses dan bisa gagal. Tergantung berhentinya sampai di mana. 

Ada orang yang mulainya dari atas dan berhenti di 5 senti itu, ia hanya menjadi akademisi yang steril dan frustrasi . Hanya bisa mikir, tak bisa ngomong, menulis, apalagi memberi contoh. Sedangkan yang mulainya dari bawah juga ada yang berhenti sampai dengkul saja, seperti menjadi pengayuh becak. Keduanya sama-sama berat menjalani hidup, kendati yang pertama dulunya bersekolah di ITB/ ITS dengan IPK 4.0.

Supaya bisa menjadi manusia unggul, para imigran Arab, Yahudi, Cina, dan India di Amerika Serikat menciptakan kondisi agar anak-anak mereka tidak sekolah hanya 5 senti tapi sekolah 2 meter. Dari atas kepala hingga telapak kaki.

Pintar itu bukan hanya untuk berpikir saja, melainkan juga menjalani apa yang dipikirkan, melakukan hubungan ke kiri dan ke kanan, mengambil dan memberi, menulis dan berbicara. Otak, tangan, kaki, dan mulut sama-sama disekolahkan, dan sama-sama harus bekerja. Sekarang saya jadi mengerti mengapa orang-orang yahudi mengirimkan anak-anaknya ke sekolah musik, atau mengapa anak-anak orang Tionghoa ditugaskan menjaga toko, melayani pembeli selepas sekolah.

Sekarang ini Indonesia sedang banyak masalah karena guru-guru dan dosen-dosen nya--maaf-- sebagian besar haya pintar 5 senti dan mereka mau murid-muridnya sama seperti mereka. 

Guru besar ilmu teknik sipil yang pintarnya 5 senti hanya asik membaca berita saat mendengar jembatan Kutai Kartanegara ambruk atau terjadi gempa di Padang. Guru besar yang pintarnya 2 meter segera berkemas dan berangkat meninjau lokasi, memeriksa, dan mencari penyebabnya. Mereka menulis karangan ilmiah dan memberikan simposioum kepada generasi baru tentang apa yang ditemukan di lapangan. 

Yang sekolahnya 5 senti hanya bisa berkomentar atas komentar-komentar orang lain. Sedangkan yang pandainya 2 meter, cepat kaki dan ringan tangan. Sebaliknya yang pandainya dari bawah dan berhenti sampai di dengkul hanya bisa marah-marah dan membodoh-bodohi orang-orang pintar, padahal usahanya banyak masalah.

Saya pernah bertemu dengan orang yang memulainya dari bawah, dari dengkulnya, lalu bekerja di perusahaan tambang sebagai tenaga fisik lepas pantai. Walau sekolahnya susah, ia terus menabung sampai akhirnya tiba di Amerika Serikat. Di sana ia hanya tahu Berkeley University dari koran yang menyebut asal sekolah para Ekonom terkenal. Tetapi karena bahasa inggrisnya buruk, dan pengetahuannya kurang, ia beberapa kali tertipu dan masuk di kampus Berkeley yang sekolahnya abal-abal. Bukan Berkeley yang menjadi sekolah para ekonom terkenal. itupun baru setahun kemudian ia sadari, yaitu setelah duitnya habis. Sekolah tidak jelas, uang pun tak ada, ia harus kembali ke Jakarta, dan bekerja lagi di rig lepas pantai. 

Dua tahun kemudian orang ini kembali ke Berkeley, dan semua orang terkejut kini ia bersekolah di Business school yang paling bergengsi di Berkeley. Apa kiatnya? "Saya datangi dekannya , dan saya minta diberi kesempatan. Saya katakan saya akan buktikan saya bisa menyelesaikannya. Tapi kalau tidak diberi kesempatan bagaimana saya bisa membuktikannya?" Teman-teman nya bercerita, sewaktu ia kembali ke Berkeley semua orang Indonesia bertepuk tangan karena terharu. Anda mau Tahu dimana dia sekarang? Setelah meraih gelar mba dari berkeley dan meniti karier sebagai eksekutif, kini orang hebat ini menjadi pengusaha dalam bidang energi yang ramah lingkungan, besar, dan innovative. Saya juga bisa bercerita banyak tentang dosen-dosen tertentu yang pintarnya sama seperti anda, tetapi mereka tidak hanya pintar bicara melainkan juga berbuat, menjalankan apa yang dipikirkan, dan juga sebaliknya. 

Maka jangan percaya kalau ada yang bilang sukses itu bisa dicapai melalui sekolah atau sebaliknya. Sukes itu bisa dimulai dari mana saja, dari atas oke, dari bawah juga tidak masalah. Yang penting jangan berhenti hanya 5 senti atau 50 senti. Seperti otak orang tua yang harus dilatih, fisik anak-anak muda juga harus disekolahkan. Dan sekolahnya bukan di atas bangku, tetapi ada di alam semesta, berteman debu dan lumpur, berhujan dan berpanas-panas, jatuh dan bangun.

Mama harap kamu baca artikel diatas, dihayati, dan diamalkan. Punya mental pemenang, rajin baca, selalu ingin tahu, terus belajar dan dilakukan. Yang paling penting tentunya harus andalkan Tuhan. Berdoalah dalam setiap langkahmu nak tapi ingat Iman tanpa perbuatan itu hakikatnya kosong! 

love,

Mama

Comments

  1. Happy Birthday Sophia!! May you always be blessed by God in your life.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts